Info Terbaru
Ide Menghibur  Menteri Perhubungan Soal Tarif Commuterline

Ide Menghibur  Menteri Perhubungan Soal Tarif Commuterline

Rencana Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi akan memberlakukan tarif kereta commuterline lebih mahal untuk orang kaya lebih baik kita sambut dengan tertawa gembira. Anggap saja ini humor cerdas akhir tahun dari Pak Menteri untuk menghibur para pengguna kereta commuterline agar tak tegang menghadapi tahun 2023 yang sudah ditakut-takuti  “ekonomi dunia akan sulit pada tahun mendatang.”

Bahwa para pengguna kereta commuterline melampiaskan kekesalah mereka melalui media sosial perihal ide gemilang  Menteri Perhubungan, kita anggap saja  “IQ” dan “EQ” mereka tak bisa memahami kecerdasan dan keluhuran seorang menteri sekaliber Budi Karya. Mereka tak paham Menteri Budi piawai menciptakan humor dalam ketegangan dan ketegangan dalam humor. Para pengeritik yang memaki-maki itu tentulah bukan orang kaya. Budi paham orang kaya biasanya selalu suka humor seperti dirinya. Orang susah,  seperti penulis artikel ini, itulah yang biasa lebih sering mengumpat  -karena tidak ada kerjaan juga kurang pengetahuan.

Cara pasang iklan di kereta commuterlineCara pasang iklan di Kereta Commuterline

Menteri Budi Karya melemparkan wacana perihal tarif berbeda untuk orang kaya pengguna kereta commuterline pada acara konferensi pers akhir tahun pada Selasa 27 Desember 2022. Budi menyebut orang kaya itu sebagai “orang-orang berdasi.” Jadi, wahai  mereka yang tak berdasi jika naik kereta atau memang bukan golongan berdasi, mohon tak perlu risau. Jadi, pesan yang disampaikan Menteri Budi, orang kaya memang  layak untuk diberi beban harga tiket lebih mahal. Wong kaya kok….

Luar biasa bukan? Kita, sebagai penumpang bukan golongan kelompok kaya,  harus bertepuk tangan dengan gegap gempita  atas ide gemilang ini. Setelah itu marilah kita mencoba berpikir untuk mencoba menimbang-nimbang atas dasar apa sebutan kaya itu nanti diterapkan: slip gaji, rumah bertingkat,  atau rekening listrik seperti jika kita ingin meminta keringanan SPP…

Sampai sini saja otak kita belum mampu menakar definisi dan bagaimana “ukuran kekayaan” itu bisa mensortir dan memilah jutaan penumpang commuterline dalam kategori: kaya dan miskin.  Tapi untuk ini, seperti tadi telah dikemukakan, mohon maaf, otak kita tak akan bisa menandingi kecerdasan Pak Menteri.

Jika Budi Karya melihat tarif untuk orang kaya itu layak dibedakan karena telah menikmati kereta commuterline yang makin asyik ini, maka kita perlu mengingat Ignatius Jonan  terlebih dulu.  Mantan Direktur PT KAI inilah yang telah mentransformasi kereta commuterline dari yang sebelumnya “gembel” menjadi nyaman dan manusiawi seperti sekarang.  Menaikkan “harga orang miskin dan gembel” –seperti penulis artikel ini- bisa menikmati kereta ber-ac dan menikmati toilet sebersih toilet di hotel-hotel.

Jonan yang membuat mereka yang biasanya  naik mobil pribadi (kalau ini termasuk ukuran orang kaya) bersedia naik kereta. Pemerintah memang mendorong masyarakat untuk naik moda transportasi umum dengan tujuan antara lain mengurangi kemacetan. Untuk hal ini kita dan Pemerintah wajib berterimakasih pada Ignatius Jonan.

Pembedaan tarif “kaya-miskin” hasil pemikiran Menteri Budi ini semakin lucu jika kita membandingkannya dengan kereta dengan layanan sejenis di luar negeri. Adakah di luar negeri  harga tiket untuk kereta semacam ini dibedakan atas status kaya dan miskin?

Kita memang memiliki  pengalaman adanya harga tiket berbeda dalam KRL di Jabodetabek. Dulu ada “Kereta Pakuan” yang harganya tiketnya lebih mahal ketimbang “KRL” (demikian namanya dan belum ada embel-embel “commuterline”).  Kereta Pakuan memiliki keistimewaan hanya berhenti di stasiun tertentu dan saat berjalan, maka KRL akan “mengalah.” Berhenti dulu. Tapi, kita tahu, korupsi juga terjadi pada Kereta Pakuan itu. Para penumpang bisa membayar sejumlah uang di atas dengan jumlah yang lebih rendah ketimbang harga di loket. Para wakil rakyat kemudian meminta Pakuan dihapuskan dan hanya ada satu kereta.

Sekali lagi, kita tak perlu sewot dengan ide Pak Menteri ini. Biarlah beliau terus mengeluarkan ide-ide gemilang sehingga siapa tahu menjadi masukkan Pak Jokowi dan Presiden  tetap mempertahankan beliau sebagai Menteri andal. Apalagi di tengah isu reshuffle kabinet yang mulai gencar ini. (LRB)

Cara menulis opini yang baik: Cara Menulis Opini yang Baik

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*